Selamat malam, Sahabat Pembaca. Hari ini Saya habiskan waktu untuk mengotak atik blog Saya ini. Mulai dari menyelesaikan tulisan sebelu...

Mengulang Tulisan: PBI-VI.B Goes to Gandoriah Beach



Selamat malam, Sahabat Pembaca. Hari ini Saya habiskan waktu untuk mengotak atik blog Saya ini. Mulai dari menyelesaikan tulisan sebelumnya hingga menambahkan berbagai gadget di blog ini. Kemudian Saya pun memutuskan untuk menampilkan tulisan yang Saya tulis tiga tahun lalu, tepatnya pada 24 Juni 2013.

Alasannya selain ingin mengisi kategori tulisan Perjalanan di Catatan Ade Suhendra ini, juga teringat dengan teman-teman saat masih berada di tahun ketiga perkuliahan. Dimana mereka sekarang? Maklum saja karena Saya agak telat sedikit wisudanya (Ups, curhat) yaitu pada 6 Oktober 2016 lalu.

Sehingga untuk megobati rasa rindu ini Saya putuskan untuk menerbitkan tulisan ini kembali. Semoga teman-teman PBI B STAIN Sjech M, Djamil Bukittinggi (sekarang IAIN Bukittinggi) dapat membacanya kembali. 

Selamat membaca Sahabat Pembaca :)

Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun 2010. (Dokumentasi: Ade Suhendra)


Ini merupakan tulisan tentang perjalanan kita (PBI-VI.B) pada hari Senin (24/6/2013) menuju Pantai Gandoriah. Perjalanan kali ini merupakan perjalanan kedua kita bersama selama lebih kurang tiga tahun bersama di STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Perjalan ini merupakan sebuah ide yang digagas oleh beberapa orang teman seperti Lely Gusniati, Repi Dawati, Ade Mulyani, Vivin Amelia, dan Abdurrahman. Walaupun sempat terjadi sebuah perbedaan pendapat diantara beberapa orang teman akhirnya perjalanan dalam mengisi minggu tenang sebelum ujian ini disetujui.

Sebelum lanjut ke detik, menit, dan jam yang saya coba abadikan melalui rangkaian huruf di bawah ini, saya ingin sedikit cerita tentang beberapa hari sebelum berangkat. Sebelumnya, saya, Anisa Fajrani, Irma Yunita, dan Ade Mulyani telah mencoba untuk mencari bus untuk dipakai jalan-jalan. Namun sinyal negatif telah tercium bahwa bus yang diharapkan tidak kunjunng di dapat. Nah, tepat pada sehari menjelang keberangkatan saya baru mendapat sinyal positif mengenai bus yang akan dipakai, bus ini merupakan bus jurusan Payakumbuh-Bukittinggi yang saya dapatkan setelah dibantu oleh Uncu alias Tante, adik dari Mama saya.

Saya merasa lega, walaupun tarif yang ditawarkan cukup tinggi. Setelah dipikir-pikir sebetulnya waktu keberangkatan kami ini telah salah. Hal ini dapat dilihat dari dua hal, pertama kenaikan BBM yang berlangsung pada tanggal 19 atau 20 Juni. Kedua, momen keberangkatan kami ini juga bertepatan dengan hari liburan anak sekolah. Akibatnya harga yang ditawarkan cukup tinggi. Namun karena kebulatan tekad kami, harga yang cukup tinggi tersebut kami terima dengan konsekuensi kami harus menambah iuran yang sebelumnya telah terkumpul sebesar Rp. 45ribu/orang.



Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun 2010. (Dokumentasi: Ade Suhendra)

Beberapa menit kemudian, setelah konfirmasi dengan Irma, saya kembali memastikan rute yang akan ditempuh nantinya. Ternyata sopir bus yang telah ACC tadi tidak sanggup untuk melewati jalur yang kami tentukan. Akhirnya kerjasama ini saya batalkan dengan konsekuensinya harus menemukan bus pengganti. Padahal jam telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Hal inilah yang membuat saya pusing dan bingung, tidak tahu untuk melakukan apa lagi dan saya juga telah mencoba menguhubungi Irma untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Irma pun juga tidak tahu harus berbuat apa karena hari telah beranjak senja dan malam.

Setelah pusing tujuh keliling, akhirnya saya menemukan seseorang yang mungkin bisa membantu memecahkan masalah ini. Yesi Fitriani, dia merupakan warga Pariaman yang merupakan junior di kampus yaitu saat ini tengah duduk di semester IV. Ternyata, pilihan saya tepat, Yesi memiliki relasi dengan salah seorang agen dan sopir bus jurusan Bukittinggi-Pariaman. Dia menjadi penyelemat dan menjadi orang yang telah membantu menyukseskan perjalanan kami ke Pantai Gandoriah, Pariman. #ThanksYesi J


Salah satu kenangan saat makan bersama Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun 2010. (Dokumentasi: Ade Suhendra)

Itulah sedikit cerita di balik layar sebelum kita berangkat jalan-jalan dan selamat membaca tentang perjalanan kita ini. Semoga teman-teman semua dapat menikmati tulisan ini dan menjadikannya sebagai memori atau kenangan terindah sebelum nantinya kita wisuda, bekerja, berkeluarga dan menjalankan aktifitas masing-masing nantinya. Mohon maaf juga kepada teman-teman maupun pihak yang merasa dirugikan dalam rangkaian huruf yang saya coba untuk menjadikannya menjadi sebuah kata, kalimat, dan paragraf. Happy Reading J . . . .

Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun 2010. (Dokumentasi: Ade Suhendra)

07.15: Saya berangkat menuju Simpang Raya dan bertemu dengan Rahayu Putri dan Nursalmi yang datang pertama. 

07.30: Teman-teman mulai berdatangan. Bermacam tingkah dan gaya pun terlihat. Mereka seolah mendapat kebebasan dalam berekspresi, dimana sehari-hari di kampus dilarang untuk berpakaian selain pakai kemeja/baju muslimah dan rok/celana dasar serta menjaga sikap sesuai aturan yang berlaku.

08.00: Sebagian besar teman-teman telah datang. Namun ada beberapa orang yang belum datang seperti Ade Mulyani, Anisa Fajrani, dan Lati Susana. Saya dan beberapa teman yang telah datang harus menunggu sambil memeriksa kehadiran berdasarkan absen iuran.

08.30: Akhirnya kita semua lengkap dan siap untuk berangkat setelah Lati Susana menjadi orang terakhir yang ditunggu. Kamipun berangkat menuju Pantai Gandoriah dengan memilih jalur Maninjau. Perjalanan kami dimulai dengan canda tawa kebersamaan.

09.10: Bus kami mulai memasuki kawasan Kelok 44. Sebagian dari kami ada yang sangat excited sekali ingin menikmati pemandangan Danau Maninjau yang eksotik. Tapi sebagiannya lagi malah deg-degan karena ‘mabuk darat’ dan ada yang ingin buang air kecil. Tiba-tiba suasana pecah dan riuh, untuk mengantisipasi gejolak dalam diri masing-masing mereka mencoba untuk menghibur diri dengan bertingkah selama menuruni kawasan Kelok 44 dengan harapan dapat menghilangkan rasa ‘mabuk’ dan kebelet.

09.30: Kelok demi kelok kami lewati dengan berbagai ekspresi dan sampailah pada detik-detik menjelang Kelok 4, salah seorang dari kami akhirnya ‘keluar’, Rahayu Putri. Dia terbangun dari tidurnya dan meminta kantong plastik. Dia tidak bisa menahan rasa mual yang telah memuncak dan ingin keluar. Rahayu menjadi orang satu-satunya yang ‘keluar’ dalam perjalanan ini. Dia terlihat lelah setelah mengeluarkan sesuatu hasrat dalam perutnya.



Geng S.W.O.H. (Dokumentasi: Ade Suhendra)

09.33: Beberapa menit kemudian, sorak sorai gembira keluar dari mulut beberapa orang teman yang telah sukses dan berhasil melewati 44 kelok menuju Maninjau. Kamipun dapat kesempatan untuk berhendti disebuah masjid di tepi Danau maninjau. Teman-teman memanfaatkannya untuk ke toilet dan menghirup udara segar. 

11.00: Kami memasuki daerah Tiku Selatan, suasana panas mulai menyusup memasuki bus yang sejak dari Maninjau tadi memutar film ‘Pocong’ sampai ke daerah Tiku ini. Mereka seolah sedang duduk di bioskop berjalan dengan menonton film, ditambah lagi ada cemilan yang membuat suasana bisokop berjalan ini semakin hidup.

11.20: Tujuan perjalanan kami berakhir di perlintasan kereta api, di sebelah Stasiun Pariaman. Pintu gerbang bertuliskan ‘Selamat Datang di Pantai Gandoriah Pariaman’ menyambut kedatangan kami. Kamipun langsung masuk dan mencari tempat untuk melepas lelah setelah sejak pagi berada di atas bus. Rp. 15ribu dirogoh untuk menyewa sebuah alas tempat duduk berupa spanduk yang cukup luas untuk menampung kami yang berjumlah 21 orang. Langkah pertama yang kami ambil yaitu makan karena rasa lapar yang telah merasuki tidak bisa ditahan lagi.

12.20: Adzan Dzuhur berkumandang, setelah makan dan beristirahat sejenak kami langsung menuju Mesjid yang berdiri megah di kawasan pantai untuk menunaikan sholat Dzuhur. Tapi sebagian dari kami yang berhalangan dan tidak bisa sholat menjaga barang-barang dan tas di tempat penyewaan yang telah kami sewa. 

12.30: Kami mulai bermain di tepi Pantai Gandoriah dan menghabiskan waktu sampai nanti dijemput kembali oleh bus yang telah mengantar kami sampai di sini. Cuaca panas berangin dan hamparan laut membentang menemani canda tawa kami, melepas lelah dan letih dari rutinitas kesibukan kuliah. Padahal, kalau dipikir-pikir tugas kuliah di minggu tenang menjelang ujian semester pada tanggal 1 Juli mendatang telah menunggu dengan gagahnya di meja belajar kami masing-masing. Namun hal itu kami coba singkirkan dan menikmati perjalanan kebersamaan untuk kali keduanya setelah sebelumnya perjalanan ke Malibo beberapa waktu yang lalu.



Geng S.W.O.H. (Dokumentasi: Ade Suhendra)

16.30: Tanpa terasa, waktu terasa cepat berlalu. Setelah puas menikmati suasana pantai dan mencicipi beberapa kuliner local yang disuguhkan oleh penduduk sekitar, kami pun harus bersiap untuk kembali pulang menuju Bukittinggi. Beberapa kuliner yang menjadi menu di Pantai Gandoriah ini yaitu Es Kelapa Muda (pakai gula) yang dikasih dengan harga Rp. 8ribu, Capucino Cincau seharga Rp. 8ribu, dan tempat duduk berupa meja kecil dengan kursi rendah dan tenda (lumayan ceper tapi tidak se-ceper tenda di Pantai Padang) di bibir pantai dengan harga Rp. 10ribu. Tapi, salah satu meja hanya dibanderol dengan harga setengah alias Rp. 5ribu. Hal ini ternyata dilakukan oleh salah seorang teman kami yang menggoda dan menawar harga tersebut dengan murah. Dimana pemiliknya terjebak dan memberikan harga khusus kepada Anisa Fajrani Cs. J hahahahah J.

Sebelum meninggalkan lokasi, kami sempatkan untuk mengabadikan momen kedatangan PBI VI-B ini dengan mengambil gambar dan berfoto di depan gerbang masuk Pantai Gandoriah, Pariaman. Bus Melsy jurusan Bukittinggi-Padang berangkat dan melaju menuju Kota Bukittinggi.

Di atas bus, satu persatu mulai tertidur dan terkapar lelah setelah seharian bermain di pinggir pantai. Wajah kelelahan dan kepuasan terpancar jelas di wajah masing-masing dari kami yang mencoba memejamkan mata dan berharap untuk cepat sampai di tempat tidur dan beristirahat. Tapi sebagian dari kami yaitu Vivin Amelia dan Rindika Fitrianda mulai bertingkah aneh dengan beraksi berjoget dengan gaya kocaknya menirukan orang yang sedang di clubbing. Mereka juga menari seolah artis organ tunggal yang mencoba mengihbur kami yang sedang kelelahan. Tawa canda pun tercipta dengan tingkah kocaknya yang membuat kami ikut tertawa dan terhibur. Hentakan dan alunan music DJ yang dimainkan menemani kami menuju Kota Bukittinggi.

18.45: Bus bertuliskan ‘Senopati’ warna kuning dengan nomor polisi 7982 ini memasuki Kota Bukittinggi. Sebagian dari kami telah turun di jalan seperti di Padangpanjang, Padang Laweh, Batagak, dan Jambu Aia. Sehingga tinggal beberapa orang yang akan kembali ke rumah dan kost masing-masing. Walaupun sempat terjadi kebingungan karena ada beberapa dari kami yang rumahnya jauh. Tapi, akhirnya kebingungan ini dapat terselesaikan dan kamipun pulang untuk istirahat.

Inilah perjalanan kebersamaan yang kami coba bangun seharian ini. Walaupun pada kenyataannya beberapa orang diantara kami berhalangan hadir karena harus melakukan beberapa kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Kami berharap agar beberapa perjalanan liburan dan hubungan di dalam kelas yang tercipta dapat lebih mengikat rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara kami selamanya. 

Thanks for today and Have a nice night, Guys. Selamat ujian dan mengerjakan tugas setinggi gunung. Hahahahahahhahah J :D J

Kapalo Koto, 13. Monday, June 24th , 2013

0 comments: