~ Hari-hari terakhir bersama, Mas Tommy ~
Siang itu, salah seorang aktifis Jogja, Mas Wahyu dari Indonesian Court Monitoring (ICM) bertanya kepada Saya.
"Bagaimana kabar Tommy?" katanya usai gelar aksi di depan Gedung Agung Yogyakarta menuju Kantos Pos Besar.
"Lho, Saya tidak tahu Mas. Di Grup Mas Tommy gak ada kasih info apa-apa. Teman-teman lain juga gak ada yang tahu sepertinya," jawab Saya sambil cek grup WA dan cek medsos.
"Ini, beberapa jam lalu Tommy posting habis keluar Rumah Sakit," kata Mas Wahyu.
Langsung Saya cek Facebooknya Mas dan benar, sebuah unggahan memperlihatkan dirinya tengah terbaring di atas tempat tidur rumah saki.
Dalam postingan tersebut, ia menuliskan "Empat hari lebih terkapar. Akhirnya diperbolehkan pecicilan lagi sama dokter. Terima kasih doanya kawan-kawan".
Saya pun langsung skrinsut dan kirim ke grup WA. Ternyata benar, kawan-kawan yang lain banyak tidak tahu. Dan mulailah ucapan doa dan nasehat untuk beristirahat serta jaga kondisi dituliskan kawan-kawan yang lain.
Dua hari kemudian, secara tiba-tiba Mas Tommy mengajak pengurus AJI Jogja untuk rapat, Rabu 29 Januari 2020 sekitar pukul 13.00 WIB. Namun karena bentrok dengan agenda lain, Saya akhirnya terlambat beberapa jam dan akhirnya sore rapat di mulai.
Saya melihat kondisi Mas Tommy memang sudah lelah, matanya sayu, bergerak pun agak lambat. Duduk pun ia harus seperti menahan badannya. Saat itu, dia juga tidak banyak ngobrol dan tiap tatapannya juga memandang agak lama kepada orang-orang yang dilihatnya.
Sayangnya, Saya tidak bisa menangkap bahwa itu adalah tanda kalau dia akan pergi untuk selamanya. T_T
Singkat cerita, rapat berlangsung tidak lama setelah beberapa divisi menjelaskan program yang telah berjalan, kendalanya, apa yang akan dilakukan ke depannya selesai disampaikan per divisi. Ia pun memutuskan untuk pulang sendiri, bawa mobil sendiri, dan memang pamit begitu saja untuk istirahat.
-I-
Dua hari kemudian, Jumat 31 Januari 2020 malam.
Saya membaca pesan WA di grup dari Mustaqim, anggota AJI Jogja dan tetangga Mas Tommy. Ia menuliskan bahwa Mas Tommy dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Beberapa kawan-kawan pun merespon dengan menanyakan penyebabnya, kapan masuk rumah sakit, doa dan ucapan lekas sembuh juga dituliskan dalam grup WA.
Tapi salah seorang anggota AJI, Kakak April menanyakan tentang siapa yang mau membesuk malam itu juga. Entah kenapa, Saya yang di rumah bersama istri dan anak menjawab "Saya bisa ke sana". Malam itu pun Saya bersama Kakak April berangkat menuju rumah sakit dan tidak mempedulikan apakah bisa masuk atau tidak karena memang sudah malam.
Kami sempat salah rumah sakit karena kami datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ternyata lokasinya di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sampai di sana, kami menanyakan ruangan Mas Tommy dirawat dan terus masuk sampai ke depan pintu kamarnya di Ruang Zaitun Lantai 4 No 341.
Biasanya, kalau di RS jam malam sekitar pukul 22.30 WIB tidak boleh berkunjung. Tapi malam itu, seolah kami dipermudah dan diberi jalan untuk masuk dan bertemu dengan Mas Tommy dan istrinya yang berada di ruangan tersebut.
Dengan hati-hati, kami masuk dan bercerita dengan istrinya tentang sakit Mas Tommy dan bagaimana kondisinya. Kata istrinya, gulanya sampai 500-an, ada infeksi yang belum diketahui dan akan diperiksa besoknya.
Jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB, kami pun pamit. Tapi sebelum pulang, Kakak April minta berfoto dengan Mas Tommy yang sedari tadi berbaring di atas tempat tidur. Sebelum di foto, ternyata Mas Tommy bangun dan menoleh sambil tersenyum, berpose ingin berfoto. Jepret, Jepret, dua foto Saya ambil menggunakan HP Saya. Kami pun pulang dan bersalaman ala Mas Tommy yaitu 'Tos' dengannya.
-II-
Dua hari kemudian lagi, 2 Februari 2020 sekitar pukul 10.30 pagi, pesan dari Mba Sinta masuk ke grup WA dan mengabarkan kalau Mas Tommy dipindahkan ke ICU.
Saat itu Saya baru sampai di rumah (Purwomartani) setelah sebelumnya ke Alun-alun Utara bersama istri dan anak. Membaca WA tersebut, Saya pun berkeinginan kembali ke rumah sakit untuk bisa hadir di sana. Tapi Saya ingin beristirahat sebentar sambil melepas lelah berkendara.
Tidak berselang beberapa waktu, telepon kecil Saya berdering. Oh, ternyata dari Bang Andika di Padang. Awalnya Saya mengira ada tugas liputan yang akan diberikan kepada Saya. Atau hal lain terkait pekerjaan Saya di Padang.
Ternyata, dengan nada yang sangat jelas dia bertanya.
"Dek a Tommy, De?",
"Sakik Bang, nyo dirawat di rumah sakik. Patang tu kabanyo gulonyo naiak".
Ia pun menimpal kembali kalimatnya, "tu di grup lah maningga".
Saya pun terkejut dan memang belum melihat WA karena mencoba berbaring sebentar sebelum berangkat ke sana. "Haa? Ma lo. Tadi baru dipindahan ka ICU."
Saya pun mencoba mengecek kebenarannya dan memang. Innalillahi wa inna illaihi rajiun.
Mba Sinta mengabarkan bahwa Mas Tommy barusan meninggal dunia.
Tanpa pikir panjang, Saya pun mematikan telepon dan bergegas mengendarai sepeda motor menuju rumah sakit. Sampai di sana, kawan-kawan lain sudah di lokasi, istri dan ibunya Mas Tommy juga di sana. Saya pun tidak bisa berkata apa-apa karena baru beberapa hari lalu menjenguk dan hari itu harus menerima kalau Mas Tommy telah pergi untuk selamanya.
-"-
~ Mas Tommy adalah Sosok Jurnalis Pejuang Suara Rakyat dan Seorang Pemimpin ~
Saya mengenal Mas Tommy tidak begitu lama. Baru sekitar 6 bulan lalu, sejak Agustus 2019 karena pindah sementara ke Yogyakarta.
Sebelumnya, Saya mengenal Mas Tommy dan mendengar kabar kalau ia adalah seorang Jurnalis yang intens menulis tentang isu lingkungan. Dia juga intens menyuarakan suara rakyat yang tertindas, khususnya di kawasan tambang, proyek pembangunan yang merugikan rakyat, dan daerah-daerah di Indonesia yang terlibat konflik lingkungan.
Pertama kali bertemu, Saat AJI Yogyakarta menggelar Rapat Kerja Pengurus di masa kepemimpinannya. Di sanalah Saya bertemu banyak anggota dan pengurus AJI Jogja yang lainnya.
Pertemuan kedua, saat adanya workshop tentang energi terbarukan yang berlangsung di daerah Demangan. Walaupun tergolong baru dan masih 'mentah' di Jogja, Mas Tommy memberikan Saya kesempatan untuk hadir di pertemuan tersebut.
Hal tersebut terus berlanjut di beberapa kesempatan yang mana ia selalu memberikan kepercayaan kepada Saya untuk ikut. Tidak hanya itu, aksi Gejayan Memanggil Saya juga hadir bersamanya dan kawan-kawan AJI yang lain.
Sampai terakhir kali saat dia mengisi acara di PP Muhammadiyah Pusat dan saya mengabadikannya dan dibagikan ke grup WA.
Bagi Saya, dia adalah salah seorang panutan dalam dunia jurnalisme. Idealisnya, keberaniannya, dan kepemimpinannya dalam memimpin organisasi jurnalis sekelas AJI Yogyakarta. Pernah dalam hati saya berkata, kalau nanti waktu kongres dia dicalonkan, Saya pasti akan memilihnya.
Namun kini hanya doa yang bisa disampaikan dan semoga ia tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sii-NYA. Aamiin.
Terakhir, beberapa poin dan keinginan Mas Tommy yang masih teringat adalah; meramaikan kembali Sekretariat AJI Yogya dengan kehadiran anggota-anggota AJI Jogja, hadir di Kongres AJI Indonesia bersama-sama dengan seluruh pengurus dan anggota AJI Yogyakarta ke Palembang menggunakan bus, memberikan peningkatan kapasitas kepada anggota AJI Jogja (ini dibahas saat rapat terakhir bersamanya Rabu 29 Januari 2020), dan menyelesaikan Porgram bersama OSF yang belum dikerjakan tapi sudah ditinggalkannya T_T
#AlFatihah
Salam,
Catatan Ade Suhendra
Ikuti Saya
Mari berkenalan lebih dekat melalui media sosial pribadi saya.
Tiada Kesan Tanpa Kunjunganmu